Sabtu, 23 Juni 2012

Membeku di Pikiran

Hembus angin lembut seakan mencumbu raga berbalut jaket tipis ini, Pantulan sinar Bulan yang seakan ragu menampakkan diri sedikit menghangatkan raga ini, memang tak sehangat kobaran api dari sisa pembakaran daun kering disebelah. Semakin lama aku duduk dan mengungkit  semua kejadian lalu dipikiran maka semakin pula tekadku merenggut semua semangatku. Banyak peristiwa yang begitu kaku yang sulit aku terima dengan akalku. Ya aku sudah pusing untuk merencanakan Bagaiman caranya aku bisa menutupi suasana hati ini jika tiba-tiba aku teringat peristiwa yang dengan sadis menyesakkan hela nafas ini.  Aku sering membuang setetes demi setetes air mata di kesunyian saat kejadian itu terekam kembali dalam pikiran ini. Jika sudah seperti itu aku sering banyak berdiam dan sedikit tersenyum  kecut ketika diajak ngobrol agar tak ada yang curiga dengan gelagatku akhir-akhir ini. Sudah beberapa skenario dengan senyuman manipulasi  yang sering aku lakukan di depan teman-teman kampus,  aku sudah merasa cukup lega jika tidak ada yang menaruh rasa curiga atas gelagatku. Itupun aku bersyukur. Karna aku tidak mau berbagi borok masa laluku kepada teman-teman.

 


Serangkaian kisah yang sampai saat ini saya haramkan khusus diri sendiri untuk diingat, tapi kenyataannya aku sering melakukan perbuatan haram itu, Mengingatnya kembali. Memang itulah bagian dari momok tersendiri dalam perjalanan hidup aku. Lantunan ayat suci sering keluar dari mulut untuk menepis pikiran yang tak diharapkan. Aku pun bersyukur , bersyukur atas anugerah hidup yang seperti sekarang ini. Bukan yang seperti 3 tahun yang lalu. Sering kutanyakan hal ini pada hati kecilku, “kenapa kejadian seperti itu masih tersusun rapi didalam pikiran ini?” bagaikan kaset DVD yang sewaktu-waktu bisa saja diputar kembali ceritanya. 
Aku sadar, aku harus perangi sendiri rasa kesalku ini.
Aku Bingung, bagaimana awal memerangi semua ini.
Aku Pesimis, akankah berhasil semua usahaku nanti.

Berbagai pertanyaan terlontar dalam pikiran ini. Pikiranku saat ini carut marut ketika memori yang memuakkan ini menjadi-jadi .

Aku sadar, ini Bukan skenario Film.
Aku Bingung, Kenapa aku begitu sayang dengan kejadian itu sehingga tak pernah lepas dari memoriku.
Dan aku . . . . . . . . ah sudahlah semakin aku menguak hal itu semakin pula aku menekan batin ini.
Maaf jika aku belum bisa menceritakan semua ini secara gamblang. Karena ini memang Hanya aku , Tuhan dan Merekalah yang boleh tahu.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...