Hembus angin lembut seakan mencumbu raga berbalut jaket
tipis ini, Pantulan sinar Bulan yang seakan ragu menampakkan diri sedikit
menghangatkan raga ini, memang tak sehangat kobaran api dari sisa pembakaran
daun kering disebelah. Semakin lama aku duduk dan mengungkit semua kejadian lalu dipikiran maka semakin
pula tekadku merenggut semua semangatku. Banyak peristiwa yang begitu kaku yang
sulit aku terima dengan akalku. Ya aku sudah pusing untuk merencanakan Bagaiman
caranya aku bisa menutupi suasana hati ini jika tiba-tiba aku teringat
peristiwa yang dengan sadis menyesakkan hela nafas ini. Aku sering membuang setetes demi setetes air
mata di kesunyian saat kejadian itu terekam kembali dalam pikiran ini. Jika
sudah seperti itu aku sering banyak berdiam dan sedikit tersenyum kecut ketika diajak ngobrol agar tak ada yang
curiga dengan gelagatku akhir-akhir ini. Sudah beberapa skenario dengan
senyuman manipulasi yang sering aku
lakukan di depan teman-teman kampus, aku
sudah merasa cukup lega jika tidak ada yang menaruh rasa curiga atas gelagatku.
Itupun aku bersyukur. Karna aku tidak mau berbagi borok masa laluku kepada
teman-teman.
Serangkaian kisah yang sampai saat ini saya haramkan khusus
diri sendiri untuk diingat, tapi kenyataannya aku sering melakukan perbuatan
haram itu, Mengingatnya kembali. Memang itulah bagian dari momok tersendiri
dalam perjalanan hidup aku. Lantunan ayat suci sering keluar dari mulut untuk
menepis pikiran yang tak diharapkan. Aku pun bersyukur , bersyukur atas anugerah
hidup yang seperti sekarang ini. Bukan yang seperti 3 tahun yang lalu. Sering
kutanyakan hal ini pada hati kecilku, “kenapa kejadian seperti itu masih
tersusun rapi didalam pikiran ini?” bagaikan kaset DVD yang sewaktu-waktu bisa
saja diputar kembali ceritanya.
Aku sadar, aku harus perangi sendiri rasa kesalku ini.
Aku Bingung, bagaimana awal memerangi semua ini.
Aku Pesimis, akankah berhasil semua usahaku nanti.
Berbagai pertanyaan terlontar dalam pikiran ini. Pikiranku
saat ini carut marut ketika memori yang memuakkan ini menjadi-jadi .
Aku sadar, ini Bukan
skenario Film.
Aku Bingung, Kenapa aku begitu sayang dengan kejadian itu
sehingga tak pernah lepas dari memoriku.
Dan aku . . . . . . . . ah
sudahlah semakin aku menguak hal itu semakin pula aku menekan batin ini.
Maaf jika aku belum bisa menceritakan semua ini secara
gamblang. Karena ini memang Hanya aku , Tuhan dan Merekalah yang boleh tahu.