Ya Budaya Malu, Malu yang saya
maksud disini adalah Malu terhadap segala tindak laku salah yang dilakukan
seseorang. Memang siapa yang tidak mengetahui kalau Negara Indonesia adalah
negara yang mempunyai karakter penduduk yang ramah tamah, bahkan dunia pun
mengakui hal itu. Jelas sekali jika Indonesia menganut budaya ketimuran yang
didalamnya juga ada Budaya Malu atau yang bisa disebut dalam bahasa di daerah
saya yaitu Budaya Isin, Tapi mungkin budaya tersebut cukup berlaku di
jaman dulu saja bukan untuk kehidupan sekarang yang apakah semakin tergerus
dengan adanya modernisasi. Dalam dunia pendidikan memang sudah ditanamkan
pendidikan moral yang diharapkan bisa diintegrasikan kedalam kehidupan
sehari-sehari sehingga dapat membentuk karakter bangsa yang berbudi luhur dan
turut melestarikan adanya budaya timur yang kita anut. Namun pada kenyataannya
saat ini Indonesia mengalami krisis global dalam hal nilai-nilai moral dan
tanggung jawab.
Budaya malu juga sudah
ditinggalkan oleh (maaf) para wakil rakyat kita yang seharusnya mempunyai
tanggungjawab untuk memberikan kualitas hidup rakyatnya secara baik, Semisal
contohnya adalah ketika terjadi kecelakaan yang banyak merengut jiwa, alih-alih
merasa bersalah dan mau bertanggung jawab, para menteri justru sibuk menghindar
serta saling menyalahkan dan masih duduk-duduk tenang di kursi empuk tanpa
seperti tak ada beban. Jangankan masalah seperti itu, Para wakil rakyat kita
memang sudah tidak mengenal lagi apa itu malu dan kenapa harus malu, tak jarang
ketika sedang mengikuti rapat paripurna seorang anggota DPR berbincang-bincang
dengan lugas dan entah apa yang dibicarakan, mungkin mereka sedang membicarakan
bagaimana kelanjutan episode sinetron Putri Yang Ditukar atau sedang berdiskusi
kapan mereka naik gaji, hehehe maap saya sedikit berfantasi liar :P, bukan itu
saja banyak yang menjadikan meja didepannya ibarat bantal empuk yang bisa
mengantar ke alam mimpi, bahkan parahnya masih saja yang sempat-sempatnya sibuk
dengan gadget mewahnya yang ternyata sedang menyaksikan video yang kurang
pantas dilakukan oleh seorang wakil rakyat yang memang menjadi panutan rakyat.
Dengan adanya kenyataan seperti itu anggota DPR tersebut masih saja berdalih
kalau beliau tidak sengaja mendapat kiriman video tersebut dari orang lain, Nah
Lucu bukan? Dimana sikap malu beliau atas perbuatannya? Mereka-mereka yang
terhormat duduk di kursi empuk itu, ruangan mewah nan ber-ac itu, segala
fasilitas yang tidak sederhana itu dibayar untuk membela dan mewakili rakyat
untuk menyampaikan aspirasi di kehidupan bernegara ini, Tapi apa yang mereka
lakukan? Dari Memakan uang rakyat di segala proyek negara sampai menerima
sidejob dalam bentuk suap yang mempunyai fungsi bungkam mulut atas borok
seseorang. Persepsi para menteri selalu berkilah jika jabatan itu adalah kepercayaan,
amanah dari presiden. Maka kalau presidennya tak mencopot dia merasa aman dan tak
merasa malu sehingga terus menjabat.
Kita juga harus bercermin kepada
negara-negara yang sukses melestarikan budaya malu di kehidupannya, misalnya di
Korea salah satu menterinya telah mengundurkan diri hanya karena beberapa kali terjadi
listrik padam, itupun juga tidak setiap hari. Bayangkan dengan Indonesia yang
daerahnya sering pemadaman listrik bergilir seperti didaerah saya? Hihihi, menteri
tersebut berfikir kalau beliau sudah gagal dalam pertanggungjawaban atas
kinerjanya selama ini, sehingga beliau malu dan akhirnya mengambil langkah yang
beliau rasa tepat yaitu pengunduran diri, Sedangkan di Negara Sakura saya
sempat baca dikoran saat tempo hari, jika menteri rekonstruksi di Negara
tersebut mengundurkan diri dengan alasan yang bisa jadi alasan sepele dan
sering terjadi di Indonesia yaitu dia mengeluarkan pernyataan yang dianggap
meresahkan kalau kota yang dilanda bencana sebagau kota kematian. Pernyataan
tersebut menuai pro kontra yang membuat menteri tersebut merasa bersalah yang
berujung pengunduran diri dari Jabatannya, Bandingkan saja dengan Indonesia
yang kerap kali adanya statement-statement negatif tapi si pembuat statement
negatif itu masih dengan bangganya senyam senyum sana sini seperti bayi baru
lahir yang tak berdosa dan masang wajah inonsen. Memang sih mereka yang
terhormat seringkali juga melontarkan secuil pernyataan maaf yang lebih
terkesan basa-basi. Dengan adanya fakta tersebut memang harus saya akui jika
Budaya Malu di Jepang masih melekat pada diri rakyatnya.
Lain di Jepang, Lain lagi di
selandia Baru. Suatu ketika malam saya bersama keluarga saya sedang menyaksikan
tayangan Dunia dalam Berita yang beroperasi di Televisi Nasional, dalam berita
tersebut memberitakan seorang menteri juga (saya lupa menteri apa hehehe)
mengundurkan diri atas jabatannya. Dia mengaku pernah membeli anggur seharga
1000 dollar dengan menggunakan kartu kredit dinasnya. Karena adanya rasa malu
yang beliau beripikir rasanya tak pantas saja seorang menteri mendzalimi
kepercayaannya, Nah Bagaimana di Indonesia? Jangankan hanya shopping yang
menggunakan uang dinas, berplesir di Luar negeri pun yang notabene menggunakan
uang negara pun masih dengan bangganya senyum sana senyum sini, lagi-lagi wajah
innonsen -_-. Ya memang beberapa waktu lalu kan sunter dikabarkan bahwa
beberapa menteri ditugaskan untuk pergi keluar negeri untuk menjalankan tugas
negara, tapi apa yang mereka lakukan? Mereka memboyong seluruh anggota
keluarganya untuk berlibur di negara yang mereka tugaskan. Padahal tugasnya
hanya kisaran beberapa jam namun uang dinas yang mereka kantongi cukup untuk
berlibur beberapa hari disana, sungguh ironis keadaan negara kita. Tidak
malukah mereka melakukan kehidupan hedonis dengan uang negara? Hmm sungguh
pertanyaan yang butuh saya dengar jawabannya langsung dari mereka heheheh.
Budaya tak tahu malu juga bukan
hanya melanda para pejabat melainkan rakyat biasa juga, tak jarang kita melihat
banyak orang tua yang mendidik anaknya untuk mengemis di pinggir traffic
light. Mereka dengan tidak malunya berharap recehan dari para pengguna
jalan padahal jika kita lihat fisik mereka masih kuat untuk mencari nafkah yang
benar-benar baik, ingat mengemis bukanlah ajang untuk mencari nafkah. Satu lagi
Permasalahan seperti ini juga menjadi PR bagi para wakil rakyat kita.
***
Contoh sedikit diatas mungkin
yang masih tersorot media, sebetulnya mungkin masih ada banyak contoh-contoh
tak tau malu yang memang tidak tersorot khalayak. Budaya Malu harus ditumbuhkan
lagi ditengah masyarakat kita, mungkin sudah saatnya koruptor yang terbukti
diarak dijalan dengan tulisan “Wahai Rakyatku,saya pernah kaya loh berkat
kalian” hehehe serta yang perlu digarisbawahi adalah menumbuhkan Budaya
Malu bukan hanya tugas para guru disekolah atau hanya memasukkan karakter
bangsa yang budipekerti tetapi tugas seluruh bangsa ini, sehingga Bangsa
Indonesia akan semakin disegani di mata Dunia, dan gelar Negara terkorup juga
akan luntur sehingga tidak ada yang namanya “Korupsi adalah hal palingIndonesia”. Bangun karakter bangsa ini sebaik mungkin mulai dari diri kita
sendiri J